Minggu, 25 Januari 2009

Djuariah, Akrab dengan Sampah


Dua tahun lalu, Djuariah Djajang masih dengan pekerjaan ibu rumah tangga dan menjadi sekretaris di pengurus sekolah anak-anak (Play Group & TK) di daerah rumahnya. Rutinitas tersebut berubah dan bertambah setelah ia mengikuti pelatihan dalam mengolah sampah plastik di Surabaya

Ibu-ibu rumah tangga juga dapat produktif asalkan diberi pengetahuan dan dibina secara serius dalam melakukan sesuatu, seperti Djuariah Djajang. Berawal pada 2006 dengan kedatangan LSM di daerah rumahnya tentang penyuluhan agar para warga sekitar tidak membuang sampah ke sungai Cikapundung.

Berlanjut setelah itu. Dengan LSM yang sama, Djuariah bersama tiga rekan di daerah rumahnya dibiayai untuk pergi ke Surabaya pada Juni 2007. Di kota pahlawan itu selama empat hari nenek satu cucu tersebut ikut pelatihan dalam mengolah sampah kemasan konsumsi rumah tangga, seperti bungkus mie.

Sepulang dari Surabaya, Djuariah langsung mempraktikkan ilmu yang didapatnya. “Kalau di Surabaya pelatihannya hanya bungkus Indomie saja kemudian saya kembangkan di Bandung dengan kemasan-kemasan lain, contohnya kemasan kopi, pewangi pakaian, pewangi lantai, dll ,” ujar Djuariah dengan semangat.

Berhasil mengolah sampah kemasan-kemasan tersebut menjadi barang-barang kebutuhan manusia tidak membuat berhenti sampai disitu. Eksperimen terus dilakukan, dari yang paling gampang membuat tas jinjing, sampai tempat tisu, tempat pensil sampai sajadah dibuat dari kreativitas dan keahlian ibu dua anak tersebut.

Setelah lahir barang-barang unik dari sampah rumah tangga, Djuariah langsung memberikan merk pada produk buatannya. Second Lines merk dari produk tersebut, “Apabila usaha daur ulang sampah ini sukses dan bapak (suami) sudah pensiun maka usaha ini akan menjadi usaha cadangan,” cerita Djuariah tentang pemilihan nama Second Lines. Nenek yang suka olahraga jalan kaki dan senam lansia ini mengakui pemilihan merk tersebut berasal dari ide anak-anak.

Bermodal dengan lima ratus ribu rupiah dari hasil pemenang arisan. Istri dari Djajang Ruchiyat ini telah bekerja sama dengan delapan kader ibu-ibu rumah tangga warga sekitar untuk membantunya dalam pembuatan produk Second Lines. Untuk pengadaan bahan baku sering kali Djuariah dikirimkan sampah kemasan-kemasan oleh para tetangganya dengan menaruh di halaman rumahnya.

“Kadang-kadang saat buka pintu rumah pagi hari tumpukan sampah sudah berjejer,” ungkapnya. Sekarang, Djuariah sudah balik modal dan tinggal memutar uang hasil keuntungan dari penjualan produk tersebut.

Berkat kegigihan dan kerja kerasnya dalam mengurangi sampah bahkan menjadi barang yang berguna ditambah sering membagikan ilmu tersebut, Djuariah mendapat penghargaan Kalpataru tingkat provinsi. Pada 26 Juli 2008, Djuariah menerima penghargaan tersebut langsung dari Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan di Indramayu. “Ini (kalpataru) merupakan penghargaan yang paling membanggakan diantara sederet penghargaan lainnya yang sudah saya dapatkan,” ucap Djuariah dengan antusias.

3 komentar:

g i t a mengatakan...

setuju sekali dengan kegiatan2 recycle seperti ini .
sudah saatnya Indonesia memikirkan sisi lain dari sampah yang tidak dapat dimusnahkan ..
penimbunan sampah berkepanjangan hanya akan menambah panjang daftar masalah indonesia .
ayo galakan program recycle !!

GUMILAR Griya Rias dan Kecantikan mengatakan...

waaah!usaha2 kecil seperti ini nih yg emang butuh perhatian..slain menghasilkan uang tp jg mengurangi polusi2 sampah yg udah smakin parah..
hidup bu Djuariah!!(eh??)

*fallenstar mengatakan...

ini orang-orang yang sigap melihat peluang bisnis. salut banget! karena butuh kekereatifan dan kegigihan buat membuat dan memasarkan produk ini..hehhe :)