Senin, 19 Januari 2009

Musik Jazz Merambah Generasi Muda


“Musik jazz dimana pun berada, mau tua mau muda bisa bikin orang tidak beranjak dari tempatnya”.Tegas Tompi, penyanyi jazz dengan ciri khas topi “kobo chan ala detektif” itu.

Antrian panjang mulai terlihat ketika menuju pintu masuk acara Jazz Goes to Campus (JGTC), minggu 23 November 2008 yang diadakan anak-anak ekonomi UI Depok. Acara ini sudah langganan tiap tahunnya diadakan dan ini yang ke-31 kalinya digelar.Muda-mudi wara-wiri berpakaian necis dan menarik. Pasangan bergandengan tangan seolah-olah menyambut kesenangan akan alunan lagu yang diperdengarkan para musisi jazz yang sedang bermain di panggung berukuran 8 x 10 meter dengan lampu-lampu panggung yang megah berkekuatan 10.000 watt.

Acara ini seolah-olah menghipnotis para pemuda dan pemudi untuk tetap antusias menonoton dan menikmati sajian musik jazz. Walaupun sekitar jam setengah lima sore hujan turun begitu lebat dan mengakibatkan penghentian acara untuk sementara aura lebih dari 2500 penonton begitu menghangatkan dinginnya hujan, suasana tersebut berlangsung sekitar satu jam lebih dan kemudian acara dilanjutkan kembali.

Terlepas dari acara tersebut, sebenarnya ada hal apa yang membuat musik jazz ini sangat digandrungi oleh para anak muda?Kita mungkin bisa mengira-ngira jawabannya. Irvin (20) dan Ari (23), “kita udah langganan dari smp dateng kesini, bagi kita musik jazz menarik beda sama musik-musik lainnya” tutur pasangan mencolok, bukan karena kelakuannya tetapi karena mereka menggunakan costum yang sama pada saat acara.

Musik jazz memang selalu identik dengan musik orang tua, apalagi itu didukung dengan pemain musik jazz yang kebanyakan berusia di atas lima puluh tahun. Asumsi yang beredar di masyarakat itu disangkal oleh tompi, salah satu penyanyi jazz yang juga seorang dokter, “Musik jazz dimana pun berada, mau tua mau muda bisa bikin orang tidak beranjak dari tempatnya, dulu waktu saya masih mahasiswa saya hanya jadi penonton di acara ini dan saya sangat menikmati”. Hal senada juga dilontarkan penyanyi jazz legendaris yang baru mendapat award lifetime achievement Margie Segers (58), “Jazz itu ga’ akan mati, jazz itu mau dibilang umurnya berapa yang menikmati pokonya selama masih ada tenaga, selama masih ada spirit, musik jazz akan tetap bisa dinikmati.

Di tengah-tengah maraknya pemberitaan tentang kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa, justru mahasiswa UI malah membuktikan rasa peduli mereka terhadap sesama dengan menyelenggarakan acara ini. Sekarang saatnya anak muda untuk memeberikan yang terbaik bagi dirinya dan bagi orang lain di sekitarnya. Musik jazz sebagai salah satu sarana dari berubu sarana yang bisa mempersatukan kebersamaan bangsa dan negara ini.(df)

6 komentar:

anna ihfiana mengatakan...

jazz selalu banyak penggemarnya baik kalangan tua atau muda,karena emang musik nya damai banget

boemiindonesia mengatakan...

iya itulah alasan kami mengangkat tema tersebut. Jika musik jazz menjadi salah satu budaya dari bangsa Indonesia apakah Anda setuju?terima kasih anna

g i t a mengatakan...

jazz ?
musik yang memberikan nuansa berbeda dari jenis musik lainnya . mungkin karena itu juga musik ini dianggap lebih sulit untuk dicerna .
tapi benar2 memberikan kedamaian bagi penikmatnya .
eniwei gw juga dateng ke JGTC kok gag ketemu ya ?
parahh .
becekk banget .

Marnalaman mengatakan...

pawang hujan d jgtc ga jalan coy!

irfanchelsea mengatakan...

musik jazz memang memilki daya tarik tersendiri sehingga tidak ada batasan umur untuk menikmatinya seperti yang candil bilang "daripada musik metal lebih baik musik jazz"

*fallenstar mengatakan...

musik jazz menurut gue adalah musik yang sulit untuk dimengerti. soalnya rumit..jadi ga semua orang bisa menikmati musik ini.. jadi event2 jazz di banyakin aja kali ya, supaya makin banyak yang berminat sama musik yang berkelas ini :)